PengembanganModel Program Pembelajaran Individual (PPI) Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Inklusif Kota Metro. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan kebijakan pendidikan inklusif di Kota Metro melalui pemberian layanan yang baik disertai fasilitas penerapan,
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuhBagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supayaYang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Aamiin….Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….A. Perbedaan Perkembangan Pendidikan di Era Orde Baru dan Era ReformasiPerbedaan perkembangan SD di era baru dengan era reformasi dapat tercermin melalui berikut ini1 Pendidikan Di Era BaruPendidikan SD di era orde baru yakni pada era pemerintahan di bawah presiden Suharto 1967-1998 yang mana proses pendidikan di era orde baru lebih mencangkup kurikulum dan perangkat pendidikan secara keseluruhan, selain itu adanya perluasan dan pemerataan pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan keadaan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, yang didukung dengan pengangkatan guru baru danpenghapusan Sumbangan Pembinaan Pendidikan SPP yang sebelumnya menjadi beban bagi orangtua/wali pada masa orde baru ini terdapat yang namanya SD kecil untuk daerah terpencil, ada juga SD Tradisional konvensional yang mana proses pembelajaran berlangsung dari pagi, siang dan sore dengan beban mengajar 33 jam perminggu, lalu adayang namanya Madrasah Ibtidaiyah MI yang setara atau setingkat SD, lalu ada yang namanya SD Pamong Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru merupakan program pendidikan SD yang berkolaborasi dengan masyarakat, lalu ada Program Kejar Paket A, ada Sekolah Luar Biasa, dan yang terakhir adanya SD Terpadu yang bersifat inklusif gabungan antara anak normal dengan anak ketunaan untuk belajar secara itu, kurikulum yang digunakan pada era orde baru sering berubah-ubah, mulai dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum Pendidikan Di Era ReformasiMundurnya presiden Suharto dan dilantiknya sebagai presiden ketiga RI pada tanggal 21 Mei 1998 merupakan awal dimulainya era baru dalam sejarah politik kontemporer yang merupakan simbul dimulainya gerakan reformasi menyeleruh, yang kemudian dikenal dengan nama era Reformasi. pendidikan di era reformasi bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhapda Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta kepribadian yang mantap dan mandiri. Kurikulum pun berbasis kompetensi, begitu juga dengan bentuk pendidikan yang berubah dari sentralistik orde lama menjadi desentralistik. Kurikulum di era reformasi ini adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang biasa dikenal dengan kurikulum KTSP tahun 2006. Kurikulum ini lebih menekankan pada pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi, pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual dan juga guru bukan satu-satunya sumber ilmu Perbedaan Pendidikan Di Era Orde Baru Dengan Era ReformasiPerbedaan yang mencolok pendidikan SD di era orde baru dan era reformasi adalah terletak pada Kurikulum yang digunakan, yang mana kurikulum pada era reformasi lebih kontekstual dan mudah digunakan sesuai dengan tujuan dalam pendidikan. Selain iu, di era reformasi ini terdapat visi dan misi nasional yang bertujuan agar terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pada era reformasi ini juga waktu berlangsungnya pendidikan Cuma di pagi hari saja tidakseperti di era orde baru, dan juga untuk jumlah jam mengajar tingkat SD yaitu 24 jam dalam Karakteristik Perkembangan Anak Perkembangan karakteristik pada anak terdapat 7 tujuh macam, diantaranya1 Pengaruh keluarga/keturanSebagai contoh jika orang tuanya bertubuh tinggi besar, maka anaknya akan terlihat lebih besar dari anak seusianya. Hal ini dilatar belakangi karena faktor GiziAnak yang dalam pertumbuhannya dibesarkannya dengan gizi maupun perawatannya serba berkecukupan, akan terlihat lebih besar, tinggi dan sehat untuk Tingkat sosial ekonomiAnak yang dibesarkan oleh keluarga dengantingkat sosialekonomi yang lebih tinggi biasanya akan lebih terpenuhi semua kehidupannya, terutama kebutuhan Faktor emosionalAnak yang mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, yang dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan hormone pertumbuhan kelenjer pituitary. Sebagai contoh, anak yang sering dimarahai atau tidak merasa nyaman dilingkungannya, maka anak tersbutakan menjadi pendiam, sulit bergaul, dan selalu ragu-ragu dalam Jenis kelaminPerbedaan jeniskelamin pada anak usia Sekolah Dasar, dalam pertumbuhan fisiknya hampir tidakadaperbedaan yang menonjol sampai mulai terjadi prubahan-prubahan pubertas, sekitar usia 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak KesehatanAnak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat dan tinggi dari pada anak yang sering sakit-sakitan. Anak akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif bergerak seakan tidak mengenal Suku bangsa/rasKeadaan fisik anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ra yang diwarisi oleh nenek moyangnya. Sebagi contoh adalah perbedaan fisik antara orang Eropa, Arab dan itu saja apa yang dapat saya tuliskan yaitu tentang Perkembangan Pendidikan baik itu di Era Baru maupun di Era Reformasi, kemudian perbedaan pendidikan dari kedua era tersebut. Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang terdiri dari 7 tujuh macam, yaitu 1 pengaruh keluarga/keturunan, 2 gizi, 3 tingkat sosial ekonomi, 4 faktor sosial, 6 jenis kelamin, 7 kesehatan dan, 8 suku bangsa/ artikel yang sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian dimana pun berada dan mohon maaf jika terdapat kesalahan didalam penulisan atau ada kalimat yang sulit untuk dipahami.
HISTORISPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA SEJAK 1960 -AN SAMPAI SAAT INI • • • Civics/kewargaan negara : sma/smp 62, sd 68, smp 1969, sma 1969 Pendidikan kewargaan negara (pkn) : sd 68, ppsp 73 Pendidikan moral pancasila (pmp) : sd, smp, smu . Pendidikan pancasila : pt 1970 -an - 2000 -an PENDIDIKAN KEWIRAAN : PT
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Indonesia adalah sebuah negara multikultur dengan berbagai diversitas di dalamnya. Budaya yang tumbuh dan berkembang tercirikan dalam setiap aktivitas masyarakat dari dulu hingga sekarang. Namun budaya Indonesia saat ini semakin samar-samar kehadirannya. Hal ini dikarenakan budaya barat yang masuk ke Indonesia tanpa disaring terlebih dahulu yang kemudian langsung diterima oleh masyarakat. Ya, penyebabnya adalah reformasi. Era reformasi memberikan dampak yang kurang baik terhadap Indonesia khususnya pada aspek pendidikan. Kualitas kebudayaan sebagai dasar pendidikan luntur dan menjadikan kapitalisme sebagai ideologi pendidikan. Penampilan anak muda jaman sekarang sama sekali tidak mencerminkan budaya Indonesia. Mencontek menjadi hal yang lazim dilakukan oleh pelajar dan juga mahasiswa demi kepuasan sebuah nilai. Sama halnya dengan pemerintahan di Indonesia. Pemerintah maupun wakil rakyat sebagai panutan bagi masyarakat seharusnya bisa dicontoh oleh masyarakat tetapi sebaliknya malah berbuat hal yang menyimpang dari jalurnya. Era reformasi yang memaksa kita untuk tampil brilliant ternyata membuat kita menjadi keteteran. Masyarakat tidak bisa berpikir jernih, menuntut hak tapi lupa akan kewajiban, serta mengkritik tapi tanpa solusi. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pendidikan dan sumber daya manusia dikalahkan oleh ideologi politik sehingga membuat kreativitas masyarakat dalam pengembangan pendidikan menjadi tidak berkembang. Ketidakefektivan dalam proses pendidikan adalah kata yang paling tepat dalam menggambarkan sistem pendidikan di era reformasi ini. Beberapa faktor adalah karena masuknya teknologi ke dalam budaya Indonesia yang berlangsung secara cepat tanpa bertahap membuat masyarakat Indonesia kaget dan terkesan dipaksakan. Sehingga yang dihasilkan adalah dampak negatif terhadap pemakaian teknologi bukan dampak positif yang diperoleh. Institusi pendidikan melupakan tujuan utamanya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi malah berorientasi kepada bisnis pendidikan dengan biaya dan fasilitas yang serba mahal. Maka dari itu perlu dikaji ulang terhadap pendidikan di era reformasi saat ini. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa jangan hanya diam saja tetapi harus bergerak karena siapa lagi yang bertanggung jawab selain pemuda Indonesia penerus bangsa. Lihat Politik Selengkapnya Bukuini bertujuan untuk memandu para pemangku kepentingan program studi di Indonesia agar dapat merekonstruksi kurikulum yang ada sesuai dengan perkembangan zaman akibat kemajuan era Industri 4.0 serta Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerapkan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).. Program MBKM Berbagai ulasan peringatan 20 tahun Reformasi menunjukkan lebih banyak yang kecewa ketimbang bersyukur. Beberapa sebab bisa dilacak. Pertama, banyak yang berharap berlebihan. Reformasi telah disalah-pahami, disamakan dan diharapkan sebagai revolusi. Kedua, Reformasi 1998 dimaknai pertama-tama dan utama sebagai perubahan politik formal, yakni meliputi perubahan di lembaga kenegaraan dan kebijakan. Nyatanya, tidak sedikit elit politik Orde Baru bergeming dari politik elit pasca Orde Baru. Ketiga, sejarah sering diabaikan. Harapan muluk yang kandas menjelang perubahan sosial bukan barang baru dalam sejarah bangsa ini. Ini terjadi pada peralihan kekuasaan berdarah dari pemerintahan Sukarno ke Suharto 1966. Hal yang sama terjadi sebelum dan setelah Indonesia merdeka dari penjajahan. Dua masalah besar Berbeda dari sebagian besar ulasan tentang Reformasi 1998 yang terfokus pada politik elit, catatan ini berbincang mengenai nasib anak didik dan lembaga pendidikan. Pada intinya, tulisan ini merujuk dua masalah utama. Pertama, sejak didirikan pemerintah kolonial hingga hari ini, lembaga pendidikan formal sekuler belum pernah menikmati otonomi dan belum dikelola secara profesional sesuai kaidah keilmuan. Sejak ada “sekolah”, lembaga pendidikan diperlakukan sebagai kepanjangan birokrasi negara. Parahnya lagi, sejak Orde Baru, nasib pendidikan seperti nyaris semua organisasi sosial diintervensi berbagai kepentingan politik yang berkuasa. Kedua, di abad baru ini internasionalisasi perguruan tinggi PT layak dipertimbangkan serius. Perlu pemerataan kesempatan internasionalisasi bagi mereka yang jauh dari Jakarta. Kedua masalah ini akan saya bahas satu per satu. Intervensi politik Gaya penjajahan Inggris, Perancis, Spanyol agak berbeda dari Belanda. Pada penjajah Inggris, Perancis dan Spanyol ditemukan ada niat merombak masyarakat jajahan menjadi lebih “modern” ala Eropa. Mereka giat menyebarkan agama, kebudayaan dan bahasa dari asal pejajah ke penduduk terjajah. Belanda berbeda. Di Hindia Belanda, pemerintah kolonial membatasi modernisasi. Hindia Belanda merupakan satu-satunya negeri kolonial besar berusia panjang yang dijalankan tanpa menggunakan bahasa Eropa, tapi bahasa Melayu. Pendidikan liberal dan kemanusiaan sebagai produk modernitas Eropa diperkenalkan lebih banyak dan lebih awal di beberapa jajahan Eropa lain ketimbang di Hindia Belanda. Di negeri yang kemudian bernama Indonesia, sejak awal sekolah didirikan dengan tujuan utama menyiapkan tenaga pegawai rendahan untuk membantu berputarnya ekonomi dan pemerintahan kolonial. Bukan mendidik warga menjadi cendekia yang berpikir kritis, bekerja mandiri, berwawasan inovatif dan kreatif. Setelah merdeka, kondisi Indonesia porak-poranda karena perang dan revolusi sosial. Perang Dingin di tingkat dunia mengganggu stabilitas nasional. Kaum politikus sibuk bertikai tanpa henti, dan berpuncak pada pembantaian 1965. Baru setelah Orde Baru berkuasa 1966 dan dilanjutkan setelah hingga keruntuhannya 1998, pendidikan mengalami pertumbuhan besar-besaran secara kuantitas. Kesempatan bersekolah bagi anak-anak usia sekolah terbuka luas. Kesenjangan bersekolah antar wilayah, dan antar jenis kelamin dipersempit. Namun, masalahnya, peningkatan kualitas berjalan sangat lamban. Dalam kualitas pendidikan, masih ada kesenjangan serius antara Jakarta dan daerah. Jakarta sendiri tertinggal jauh dari negara-negara lain di tingkat global. Bahkan tertinggal parah dibandingkan tetangga terdekatnya di Asia Tenggara. Sudah banyak maka tak perlu dikutip ulang penelitian terdahulu menggambarkan rendahnya mutu pendidikan dan penelitian Indonesia. Baik tingkat kemampuan siswa sekolah dasar dan menengah maupun karya akademik para sarjana di PT. Padahal rekan-rekannya di negeri bekas jajahan yang lain menempati peringkat tinggi. Masalahnya bukan karena orang Indonesia kurang cerdas. Sebagian sebabnya, terlalu seringnya intervensi eksternal yang merusak pengelolaan lembaga pendidikan. Pemerintah dan partai-partai politik yang berkuasa dalam pemerintahan ikut campur dalam pengelolaan kurikukum, pengelolaan tenaga pendidik, pimpinan PT, hingga pengangkatan guru-besar. Sebagian lain karena dasar-dasar pendidikan keilmuan berbeda dari penataran ketrampilan sangat lemah dalam tradisi belajar-mengajar di negeri ini sejak masa kolonial. Ini lanjutan dari kebijakan kolonial yang sudah saya sebut di atas tujuan utama pendidikan bukan menyiapkan cendekia yang berpikir kritis, bekerja mandiri, berwawasan inovatif dan kreatif. Namun, pegawai negeri dan profesional yang siap kerja secara patuh. Sejak Indonesia merdeka, ideologi telah membelah bangsa ini, juga di lembaga pendidikan. Setelah 1965, ratusan ribu atau jutaan warga akademik kehilangan hak sipilnya dalam bekerja atau belajar di dunia pendidikan karena alasan ideologis. Setelah lulus SMA, saya mendaftar beberapa PT di kota kelahiran, karena terbatasnya dana keluarga. PT yang pertama menolak karena latar-belakang ras keluarga saya. Yang kedua menerima, tetapi menuntut pembayaran uang masuk lima kali lipat dari angka resmi, lagi-lagi karena latar-belakang ras keluarga saya. Sayangnya, tuntutan mereka jauh dari jangkauan ekonomi keluarga kami. Menjelang akhir masa Orde Baru, saya lulus studi program studi doktor di Australia. Saya mencari kerja sebagai dosen di beberapa PT, tetapi gagal kali ini karena latar belakang agama. Beberapa sahabat dengan jabatan lumayan tinggi di universitas tersebut menjelaskan bahwa masalahnya bukan saja agama saya tidak sesuai dengan agama mayoritas di lembaga itu. Bahkan kalau pun agama saya sudah sama, jika aliansi organisasi keagamaan saya berbeda dari mereka, proses rekrutmen akan tetap sulit. Tidak semua pengalaman saya di PT serba pahit. Berikut ini sebagian yang manis. Internasionalisasi di daerah Pemerintah Indonesia kini mendorong internasionalisasi PT dalam berbagai program. Disediakan beasiswa berlimpah untuk program studi S2 dan S3 di manca negara. Dorongan publikasi di jurnal internasional, kerjasama penelitian dan pengajaran lintas negara, serta partisipasi dalam seminar internasional juga digenjot. Belakangan, Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi berencana mengundang 200 dosen asing yang akan digaji dengan standar internasional. Berbagai kebijakan itu sempat menuai debat. Menurut saya, internasionalisasi bisa sangat baik bila dirancang dan dilaksanakan hati-hati. Tidak cukup mengundang tenaga ahli asing sebagai dosen atau peneliti. Internasionalisasi juga diperlukan di kalangan mahasiswa, tenaga profesional administrasi, termasuk rektor, dekan atau kepala biro. Yang tidak kalah penting, internasionalisasi seharusnya tidak terpusat hanya di Jakarta atau segelintir ibu kota propinsi lainnya. Kesempatan yang sama, atau lebih, selayaknya tersedia bagi mereka yang jauh dari Jakarta. Nilai positif internasionalisasi layak dimaknai secara luas. Tidak semata-mata untuk kenaikan peringkat dalam lomba keunggulan antar universitas. Internasionalisasi membuka kesempatan belajar-mengajar yang istimewa bila melibatkan warga akademik dari berbagai latar belakang di tingkat global. Saya termasuk satu dari sedikit akademikus yang beruntung. Setelah ditolak di sejumlah universitas saya diterima berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana UKSW. Ini PT kecil, swasta, dan tidak tenar sewaktu saya daftar. Ketika saya lulus dan sempat bekerja sebagai dosen di situ, UKSW menjadi salah satu universitas yang paling menonjol di Asia Tenggara. Di kampus ini pernah hadir sebagian tokoh intelektual legendaris. Ketika Arief Budiman salah satu perintis Manifes Kebudayaan dan Golput mengakhiri 8 tahun perantauannya, ia memilih bekerja di UKSW. Almarhum George Y Aditjondro sempat berkuliah dan mengajar di UKSW. Ia dikenang karena ketekunannya meneliti seluk-beluk harta keluarga Cendana di berbagai penjuru dunia. Almarhum Th Sumartana pendiri Yayasan Dialog Antariman. Salah seorang mantan dosen UKSW, Gerry van Klinken, kini dikenal sebagai salah satu peneliti paling terkemuka di dunia tentang politik Indonesia. dari kiri ke kanan Dosen tetap Universitas Kristen Satya Wacana Gerry van Klinken, Nina anak Ariel Heryanto, Rossie anak Gerry, peneliti tamu Keith Foulcher, Helene van Klinken istri Gerry dan Ariel Heryanto. Author provided no reuse Lulusan UKSW dari generasi yang lebih muda termasuk Stanley Prasetyo mantan Wakil Ketua Komnas HAM, kini Ketua Dewan Pers Nasional, Andreas Harsono salah satu pendiri ISAI, AJI, Yayasan PANTAU dan kini peneliti Human Rights Watch, Bre Redana novelis dan mantan wartawan senior Kompas, dan Danang Widoyoko mantan Direktur Indonesia Corruption Watch. Salah satu dari rahasia keberhasilan UKSW adalah dinamika kampus yang melibatkan mahasiswa dan dosen dari Sabang hingga Merauke. Juga dosen dan mahasiswa dari beberapa benua lain. Para dosen asing itu diterima UKSW bukan dalam usaha untuk berlomba peringkat. Mungkin pengalaman UKSW tidak tunggal atau unik. Kasus UKSW disebut di sini sekedar sebagai ilustrasi. Semoga internasionalisasi serupa bertumbuh di banyak kampus lain. Ariel Heryanto kiri bawah berfoto bersama dosen dan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana UKSW. Di antara mereka ada Arief Budiman bawah, kedua dari kanan; istri Ariel, Sujanti Marsudi atas, kiri; dosen Marthen Ndoen bawah, kedua dari kiri, anggota DPR PDIP Hendrawan Supratikno atas, kanan dan ketua program pasca sarjana studi pembangunan UKSW Liek Wilarjo atas, kedua dari kanan Author provided no reuse 1 Pengembangan Diri. Dalam buku Manajemen Pengembangan Keprofesian Guru Berbasis Produk Karya Tulis Ilmiah (2022) dijelaskan bahwa pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan kompetensi diri agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan perkembangan pendidikan. Upaya ini bisa terwujud dalam bentuk pendidikan dan pelatihan Abdullah, T. 2011. Indonesia dalam arus sejarah. Jakarta Ichtiar baru van haove. Alhakim, C. H. 1982. Ensiklopedi Politika. Surabaya Usaha Nasional. Ardela, F. 2019. pendidikan formal, informal dan non formal. Retrieved 01 11, 2021, from Finansialku web site Emilia, N. p. 2020. pendidikan orde baru kebijakan pendidikan masa menteri fuad hassan 1985 - 1993. sarjana thesis , 03-04. Fadli rijal, M. 2019. sejarah pendidikan indonesia pada masa orde lama. jurnal sejarah dan pembelajaran , 02-06. Gegige. 2016. penddikan luar sekolah. Retrieved januari 11, 2021, from gegige blogspot Gunawan, B. p. 2013. kebijakan pendidikan. Retrieved januari 12, 2021, from mygugum wordpress Hamlan. 2011. kajian sosio historis tentang politik kebijakan pendidikan islam di indonesia. Inspirasi , 01-02. Hariansyah, E. 2019. pendidikan indonesia pada masa orde baru. Retrieved 01 11, 2021, from attoriolong Jailani, s. 2019. kilas balik kebijakan pendidikan islam indonesia pada masa orde baru. jurnal for religious - innovation student , 04-05. Marlina. 2016. pengaruh zeitgeist terhadap muatan sejarah dibuku teks pelajaran SMA kurikulum 1975 - 2004. jurnal unnes , 04 - 06. Muhtar, B. Peranan Pendidikan Dalam Pembenntukan Budaya Politik Indonesia Dalam Quo vadis pendidikan indonesia. Yogyakarta Kanisius. Nizar, R. d. 2009. Filsafat Pendidikan Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta Kalam Mulia. Pratama, C. d. 2020. Pers di era orde baru. Retrieved Desember 22, 2020, from kompas Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Baru 1968 - 1999.[online]. 2011. Retrieved Oktober 19, 2011, from - pendidikan - indonesia - pada - Suharto, E. 2005. Membangun masyarakyat Memberdayakan Rakyat. Bandung Refika Aditama. Susanto, S. d. 2019. Sejarah Pendidikan Indonesia Era Pra Kolonialisme Nusantara Sampai Reformasi. Banjarmasin Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Syaodih, N. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya. Yuningsih, H. 2015. kebijakan pendidikan islam pada masa orde baru. jurnal tarbiyah , 01 - 03. Yusuf, M. 2018. Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo Lembaga penerbit kampus IAIN Palopo. Lembagapendidikan relatif tidak banyak berkembang, kecuali pen-dirian TK Aisiyah I dan pemanfaatan SD Muhammadiyah untuk Mad-rasah Diniyah Sore hari. D. Era Orde Baru sampai era Reformasi. Kalau pada tahun 1965 merupakan akhir era Orde Lama maka antara tahun 1966 sampai 1970 boleh dikatakan masa transisi memsuki era Orde baru. SOAL 1. Mengapa pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas diperlukan dalam situasi dan kondisi bangsa yang masih dilanda krisis multidimensi dan bagaimana caranya menjadi pendidik yang berkarakter? Jawaban Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Pendidikan karakter juga berarti merupakan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Guru yang berkarakter akan berusaha menciptkan iklim belajar yang efektif dan menyenangkan, dengan kreativitas metode pembelajaran, untuk mengurangi kejenuhan dan menyesuaikan dengan konteks pembelajaran sehingga tumbuh kegairahan dan motivasi instrinsik dan karakter positif yang ditunjukkan guru, diharapkan pelanggaran disipilin berkurang; siswa berperilaku wajar, percaya diri, dan tidak sombong; dan persaingan sehat antarsiswa, kelas, dan guru tumbuh di lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan. Itulah pentingnya guru berkarakter bagi pembentukan karakter generasi muda. perkembanganpolitik di Indonesia. 1. Perkembangan Politik Pada Masa Awal Kemerdekaan (1945 -1950) Pada awal Kemerdekaan, situasi politik Indonesia masih mencari bentuknya. Hal ini ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masa itu. Berkaitan dengan hal itu, maka ada beberapa kejadian yang perlu Anda ketahui. a.

0% found this document useful 0 votes839 views28 pagesDescriptionPPT Perkembangan Pendidikan Dasar Era ReformasiCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPPT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes839 views28 pagesPerkembangan Pendidikan Dasar Era ReformasiJump to Page You are on page 1of 28 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 8 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 13 to 26 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

kmd88q.
  • ng065u5iqw.pages.dev/282
  • ng065u5iqw.pages.dev/59
  • ng065u5iqw.pages.dev/487
  • ng065u5iqw.pages.dev/150
  • ng065u5iqw.pages.dev/320
  • ng065u5iqw.pages.dev/154
  • ng065u5iqw.pages.dev/145
  • ng065u5iqw.pages.dev/96
  • perkembangan pendidikan sd di era reformasi