Letaknyaberjakarak 11 kilo meter dari Kota Sumenep menuju pulau Talango. Menurut cerita secara turun temurun, asal mula makam Sayyid Yusuf bermula pada tahun 1212 H atau 1791 M saat Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakutaningrat beserta rombongan dan prajuritnya berangkat dari keraton demi menyebarluaskan agama Islam di Bali.
Pena Madura, Sumenep 02 Mei 2020 – Asta Yusuf yang ada di Pulau Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep, adalah makam seorang ulama sufi bernama Syekh Yusuf al-Makassari, Beliau dikenal sebagai mursyid pembimbing tarekat Khalwatiyah. Beliau lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626 dan wafat di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1699. Ada hal paling menarik mengenai Syekh Yusuf, wali besar Sulawesi Selatan di abad ke 17 ini, Yaitu terkait makam beliau yang berada pada 5 tempat yang berbeda, Fenomena ini menjadi tanda tanya kenapa bisa makamnya lebih dari satu? Di kutip dari fenomena tersebut menurut juru kunci makam Syekh Ysufu yang terletak di jalan Liukang, Kabupaten Gowa, Mujibur Rahman bin Abdul Jalil, Ia mengakui bahwa benar adanya bahwa makam beliau terletak di 5 tempat berbeda. Makam-makam tersebut terletak antara lain ada di Banten, Sumenep Madura, Caylon di Srilankan dan kampung Macasar di Afrika Selatan. Adanya makam lebih dari satu dikarenakan Syekh Yusuf semasa hidupnya memiliki banyak pengikut yang ada di setiap tempat persinggahannya dalam jalur pelayaran dari Makassar ke Arab Saudi. Sedangkan Afrika Selatan adalah tempat pengasingannya ketika melawan kolonial VOC. Pada saat wafatnya beliau di Afrika, kabarnya pun tersiar hingga ke nusantara termasuk di Kerajaan Gowa. Ada desas desus yang mengatakan kabar itu sampai melalui kekuatan magis, sehingga kerajaan Gowa cepat mengetahuinya. Namun proses pemulangan jenazah Syekh Yusuf bukanlah perkara mudah, pemulangan itu tidak mendapat izin dari Kolonial VOC, kata Mujibur. “Ketika itu kompeni menolak, ada berbagai macam alasan yang dilontarkan kepada raja Gowa, Sultan Abdul Jalil, Raja Gowa ke 14 yang berkuasa pada masa wafatnya Syekh Yusuf. Salah satunya karena kerajaan Gowa waktu itu menolak pembayaran pajak/upeti kepada kompeni. Dan ketakutannya akan pengaruh pengikut Syekh Yusuf di Nusantara,” jelasnya. Berbagai cara pun ditempuh termasuk menyiapkan pasukan Tobarani dari kerajaan Gowa. Sultan Malikusaid ipar raja pun memberikan amanah pada pasukan. Jangan pulang jika bukan jasad asli Syekh Yusuf’. Hingga negosiasi pemulangan jenazah Syekh Yusuf yang dilakukan oleh Sultan Abdul Jalil, baru berhasil setelah enam tahun kemudian, yaitu pada tahun 1705. Ketika perjalanan pulang itulah, jenazah Syekh Yusuf sempat singgah di beberapa tempat, seperti Sri Lanka, Banten, Sumenep Madura, dan terakhir Makassar. Daerah-daerah itu dikenal banyak tinggal murid dan pengikut tarekat Khalwatiyah. Sehingga setiap pengikutnya berinisiatif membangun makam beliau di tempatnya masing-masing. Menurut sejarah makam Asta Syekh Yusuf yang ada di Kecamatan Talango Pulau Poteran saat ini pertama kali di temukan oleh Raja Sumenep Sultan Abdurahman, ceritanya ketika itu Raja Sumenep Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongannya yang terdiri dari para prajurit berangkat dari keraton Sumenep bermaksud menyebarkan agama islam ke pulau Bali. Dalam perjalanan Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat bersama rombongannya dikejutkan dengan munculnya sebuah cahaya, setelah di hampiri tempat munculnya sinar tersebut, Beliau menemukan Kuburan, kemudian beliau bermunajat meminta petunjuk kepada Allah, tiba ada daun jatuh di samping setelah dilihat bertuliskan “Sayyid Maulana Yusud Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani” kemudian nama tersebut di tulis di nisan di atas kuburan tersebut. “kalau sebelum puasa peziarah ramai dari berbagai daerah setiap hari itusampai ratusan peziarah, tapi sekarang berkurang karena adanya Pandemi virus Corona ini,” kata Zulkarnaen, penjaga Asta Yusuf Talango, Sabtu 02/05/2020. Sampai sekarang Makam Sayyid Yusuf atau yang lebih dikenal asta Yusuf tersebut setiap hari selalu ramai di kunjungi peziarah dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan setiap hari tidak pernah sepi siang malam. Rombongan Peziarah dari luar daerah yang naik Bis, maka bisnya harus di parkir di terminal Kalianget, kemudian peziarah jalan kaki menyeberang naik perahu Rp. 3000/4000, kemudian turun dari perahu bisa jalan kaki atau naik Becak menuju Asta Yusuf sekitar 5 menit.Man/Emha AstaSayyid Yusuf adalah wisata ziarah makam salah satu penyebar agama islam di Sumenep. Lokasi makam ini terletak di desa Talango, kecamatan Talango dan harus dilalui dengan menggunakan perahu sebelum sampai ke lokasi makam. Makam Sayyid Yusuf ini tidak pernah sepi dari peziarah, dan akan semakin ramai saat hari Jumat. - Kabupaten Sumenep merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang letaknya berada di Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Sumenep sekitar kilometer persegi, yang dihuni oleh jiwa penduduk. Sumenep termasuk kabupaten yang memiliki sejarah panjang, yang aktivitas pemerintahan sudah dimulai sejak tahun 1269 Kabupaten Sumenep selalu dikaitkan dengan Adipati Arya Wiraraja yang hidup di periode akhir Kerajaan Singasari. Artinya, pemerintahan di Sumenep sudah berdiri sebelum berdirinya Kerajaan Kabupaten Sumenep Asal-usul nama Sumenep berasal dari bahasa Kawi atau Jawa Kuno yaitu Songeneb, yang terdiri dari dua kata yaitu “Sung” dan “Eneb”. Kata Sung berarti relung, cekungan atau lembah. Sedangkan Eneb berarti endapan yang tenang. Sehingga, kata Songeneb memiliki arti lembah atau cekungan yang tenang. Penulisan kata ini lambat laun berubah menjadi Sumenep. Adapun kata Sumenep atau Songeneb dapat ditemukan di Kitab Pararaton, saat menceritakan “penyingkiran” Arya Wiraraja dari Singasarai. Disebutkan, Arya Wiraraja merupakan seorang penasihat sekaligus kepercayaan Raja Kertanegara dari Singasari. MamiraID - Talango merupakan nama kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sumenep. Daerah ini terletak di pulau kecil bernama Poteran, Kecamatan Talango terdiri dari delapan desa yakni, Desa Ta
Home Jawa Timur Minggu, 09 April 2023 - 0836 WIBloading... Asta Tinggi dalam Bahasa Madura disebut dengan Asta Raja atau makam Pangradja, baik dari keturunan maupun kerabatnya. A A A SUMENEP - Berbagai wisata religi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur bisa dikunjungi wisatawan selama Ramadan. Di tempat wisata ini bisa menghabiskan waktu menunggu waktu berbuka wisatawan akan berziarah kubur dan menikmati pemandangan tempat-tempat bersejarah di ujung pulau Madura itu. Beberapa wisata religi populer di Sumenep itu antara lain Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf, dan Masjid Agung Asta Tinggi SumenepAsta Tinggi terletak di dataran tinggi, tepatnya di Jalan Asta Tinggi, Temor Lorong, Kebunagung, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep. Dalam bahasa Madura, Asta Tinggi juga disebut dengan Asta Raja atau makam Pangradja, baik dari keturunan maupun kerabatnya. Makam tersebut milik Pangeran Anggadipa dan menjadi makam pertama di kompleks pemakaman Asta Tinggi. Pangeran Anggadipa merupakan putra dari Adipati Jepara yang diutus oleh kerajaan Mataram untuk menjaga dan mengatur pemerintahan kerajaan Sumenep ketika terjadi kekosongan Asta Tinggi dibangun sekitar tahun 1750 Masehi dengan areal kompleks makam berukuruan 112,2 meter x 109,25 meter. Kawasan pemakaman Asta Tinggi rencana awalnya dibuat oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II. Selain sebagai peristirahatan terakhir raja-raja dari dinasti kerajaan Sumenep dan keturunannya, Asta Tinggi ini juga menyimpan banyak sejarah dan hal menarik dibaliknya. Diantaranya adanya empat kubah besar yang menaungi makam dan menjadi ikon utamanya yang disebut Asta Induk. Setiap kubah tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhir raja-raja dari dinasti Sumenep beserta istri-istrinya. Yaitu Kubah Pangeran Panji Pulang Jiwo, Kubah Panembahan Sumolo, Kubah Tumenggung Tirtonegoro, Kubah Pangeran Djimat alias Pangeran Akhmad atau Kanjeng Aryo itu arsitektur bangunan yang ada di makam tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan Belanda, Arab, China maupun Jawa. Namun yang masih nampak menonjol adalah kebudayaan Hindu. Ziarah ke Asta Tinggi Sumenep itu selain sebagai wisata spiritual tetapi juga bernilai sejarah yang sangat kental. 2. Asta Sayyid Yusuf TalangoDi kabupaten Sumenep juga terdapat Asta Sayyid Yusuf. Letaknya di kepulauan Poteran, kecamatan Talango. Sebagian masyarakat menamakan tempat itu dengan Asta Sayyid Yusuf Talango. Asta Sayyid Yusuf adalah makam seorang ulama sufi bernama Syekh Yusuf al-Makassari yang dikenal sebagai mursyid atau pembimbing tarekat yang hendak menuju ke Asta Sayyid Yusuf, akan menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu yang disediakan oleh dinas perhubungan. Letaknya berjakarak 11 kilometer km dari Kota Sumenep menuju pulau Talango. wisata religi sumenep ramadan pariwisata pulau madura Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 11 menit yang lalu 20 menit yang lalu 22 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu
AstaSayyid Yusuf adalah wisata ziarah makam salah satu penyebar agama islam di Sumenep. Lokasi Jalan Asta Yusuf, Sumenep, East Java, Indonesia 69481
BUDAYA, SINERGI MADURA - Pulau Talango, di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menjadi magnet para wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan juga manca negara. Setiap hari banyak peziarah mendatangi pulau ini lantaran terfapat makam atau asta keramat yang terletak di Desa Padike. Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani, itulah nama makam keramat yang terletak di tengah laut pulau Talango. Makam waliyullah ini ramai oleh peziarah dari berbagai kalangan. Jika hendak menuju ke makbarah Sayyid Yusuf, akan menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu dari pelabuhan Kalianget. Letaknya berjarak 11 kilo meter dari Kota Sumenep menuju pulau Talango. Dikutip dari sejumlah sumber, kisah penemuan asta Sayyid Yusuf, berawal dari Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang sedang melakukan perjalanan bersama para prajuritnya menuju pulau Dewata Bali untuk menyebarkan agama Islam. Dalam hitungan sejarah waktu itu sekitar 230 tahun silam, tepatnya tahun 1212 H atau 1791 M. Setelah perjalanan pulang, Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat bersama rombongan berlabuh di Pelabuhan Kalianget bermaksud hendak beristirahat akibat kelelahan. Saat beristirahat, Sang Raja tidak sengaja menemukan Makam Kuno Pasarean yang tidak terawat dan tidak ada penjelasan pasti. Baca Juga 6 Makam Keramat di Madura yang Banyak Didatangi Peziarah Kemudian, karena penasaran Raja Sumenep ini berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan petunjuk. Lalu muncullah cahaya yang terang luar biasa dari ilalang sampai ke langit, beliau kemudian mendatangi sumber cahaya tersebut. Di tempat yang mengeluarkan cahaya tersebut terdapat daun sukun yang bertulis Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani. Sehingga pada saat itu juga Raja Sri Sultan menuliskan nama pada batu nisan itu sesuai dengan tulisan pada daun sukun tersebut. Anehnya, di sekitar daerah tersebut tidak ditemukan atau ditumbuhi pohon sukun, hingga saat ini tidak ada pohon tersebut. Namun bisa terdapat daun sukun yang bertuliskan nama seorang wali, yang dikenal Sayyid Yusuf. Dalam keterangan lain juga disebutkan, selain di Kecamatan Talango, Sumenep, Madura, makam Sayyid Yusuf juga terdapat di wilayah berbeda, bahkan ada yang terletak di benua Afrika. Antara lain terdapat di Banten, Caylon di Srilanka dan Kampung Macasar di Afrika Selatan. Di dekat makam tersebut juga terdapat sebuah pohon besar nan rindang, menurut sejarah merupakan tongkat Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang ditancapkan di sana untuk memberi tanda. Namun, juga ada kisah unik dari pohon besar yang menjadi tempat bernaung para peziarah ini, yaitu dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai tanda akan datangnya musim kemarau atau penghujan. Yakni, saat akan datang musim kemarau, pohon tersebut biasanya kering seperti pohon mati. Kemudian, pada saat akan datang musim penghujan, akan mengeluarkan bunga merah yang cantik, berubah menjadi randu lalu muncul daun yang bersemi. Tidak hanya menancapkan tongkat hingga tumbuh menjadi pohon, raja juga memberi cungkup atau pendopo kecil pada makam Sayyid Yusuf. Namun, keanehan terjadi, makam Sayyid Yusuf pindah tempat dengan sendirinya ke sebelah timur yang ditafsirkan bahwa makan wali tersebut tidak menghendaki adanya cungkup. Selanjutnya, Raja Sri Sultan membangun masjid, yang saat ini dikenal dengan nama masjid Jami' Talango. Masjid ini pada masa itu oleh raja dijadikan pusat pengembangan agama Islam. Selain itu, Raja Sri Sultan juga membuat sumur sebagai tempat berwudhu, namun saat ini mulut sumur tersebut sudah rata dengan semen cor karena dijadikan jalan. Tapi airnya hingga sekarang masih dikonsumsi. * SayyidYusuf dikenal sebagai salah seorang tokoh Islamisasi di sebuah pulau dalam gugusan Kabupaten Sumenep Madura. Sayyid Yusuf dikenal sebagai salah seorang tokoh Islamisasi di sebuah pulau dalam gugusan Kabupaten Sumenep Madura. Namun demikian, masih sedikit sekali Jump to. Sections of this page. Accessibility Help. Press alt + / to Opini Yant Kaiy Sekitar tahun 1996, ketika saya menjadi redaktur di salah satu koran harian pagi di Jakarta Selatan, saya punya teman penyanyi cowok berasal dari Kota Bandar Lampung. Dia bercerita kalau pernah ke Kabupaten Sumenep, berziarah kubur ke makam Sayyid Yusuf di Pulau Talango Sumenep. Tidak hanya sekali, tapi sudah menjadi agenda tahunan. Dia mengilustrasikan suasana kuburan Sayyid Yusuf Talango-Sumenep cukup detail kepada saya. Sontak saya menjadi malu dibuatnya. Sebagai orang kelahiran Sumenep tidak tahu keberadaan makam yang ditemukan oleh Raja Sumenep Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat pada tahun 1212 Hijriah ini. Saya katakan sebenarnya kalau tempat tinggal saya berjarak 60 km ke kuburan Sayyid Yusuf, yaitu Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. Anak Bandar Lampung ini pernah mengimpikan kalau suatu saat nanti akan ada jembatan yang menghubungkan Pelabuhan Kalianget dengan Pulau Talango. Menurutnya biar masyarakat yang berziarah dari luar kota tidak “jera” mengunjunginya kembali. Kalau bisa mudah berziarah kan lebih enak, ujarnya kepada saya di kantor redaksi 23 tahun silam. Lain cerita cowok Bandar Lampung yang membikin saya jadi malu, pada tahun 1998 saya ikut artis penyanyi dan pencipta lagu ke Rangkasbitung. Orang tua artis itu bertanya tentang kuburan Sayyid Yusuf kepada saya. Ketika itu sebelumnya saya sudah pernah ke Pulau Talango-Sumenep, jadi saya lancar saja ketika ia tanya ini dan itu. Dia beropini, kalau saja ada jembatan penghubung Pelabuhan Kalianget dan Pulau Talango tentu masyarakatnya akan sejahtera. Pemerintah Daerah pun akan memetik hasilnya, imbuhnya sambil menghidangkan kopi hangat kapada saya. Orang tua artis itu bercerita, kalau ia dan rombongan setelah ziarah walisongo biasanya ditutup dengan ziarah ke Sayyid Yusuf di Pulau Madura. Saya menghitung pertemuan itu sudah 21 tahun yang lalu. Jujur saja, sebenarnya saya sangat bangga Pulau Talango menjadi destinasi wisata religi utama selain Asta Tinggi, tempat makam para Raja Sumenep. Terlepas dari pro-kontra tentang pembangunan jembatan penghubung tersebut, saya ketika hari Selasa 12/11/2019 kemarin ziarah kubur ke Sayyid Yusuf, saya pun sempat mengimpikan jembatan penghubung itu. Karena harus berdesak-desakan dengan penumpang kapal penyeberangan karena hanya satu kapal yang beroperasi. Kalau orang Bandar Lampung dan Rangkasbitung teman saya saja ikut peduli, masak orang Sumenep tidak lebih dari mereka rasa pedulinya. Lantas bagaimana dengan Pemkab Sumenep?
LebaranKetupat, Makam Sayyid Yusuf Talango Dipadati Peziarah PortalMadura.Com, Sumenep - Pada momentum lebaran ketupat (hari ke 7 lebaran Idul Fitr), wisata religi makam (asta) Sayyid Yusuf di Kecamatan Talango (Pulau Poteran), Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, dipadati peziarah, Jum'at (24/7/2015).
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PendahuluanIslam merupakan salah satu agama terbesar didunia. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia adalah salah satu negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak. Bahkan, populasi muslim di Indonesia melebihi Arab yang merupakan negara pertama penyebar agama Islam. Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai pada abad ke-7 M. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pada abad ke-13 M Islam masuk ke Indonesia.[1]Dalam penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di pulau jawa, terdapat kelompok yang sangat berpengaruh di dalamnya. Mereka dikenal dengan sebutan Wali Songo. Pulau Madura adalah salah satu pulau yang mayoritas penduduknya beragama islam. Maka tidak heran jika penyebaran Islam di Madura selalu dikaitkan dengan penyebaran Islam di Jawa.[2] Sekitar tahun 900 M - 1500 M, sebelum Islam datang ke Madura, hegemoni dari dinasti kerajaan Hindu berlang lama di wilayah ini.[3] Maka tidak heran jika sebagian wilayah madura terdapat sejumlah peninggalan-peninggalan contohnya seperti candi dan vihara. Artikel ini sepenuhnya terfokus pada keberadaan Asta Sayyid Yusuf, yang mana dalam hal ini sangat menarik untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari adanya Asta tersebut terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar. Asal Usul Asta Sayyid YusufDi sebuah pulau dalam gugusan Kabupaten Sumenep Madura terdapat salah seorang tokoh Islamisasi yang terkenal yaitu Sayyid Yusuf. Meskipun demikian, masih sedikit sekali informasi yang tersedia mengenai sosok satu ini. Astanya berada di Pulau Poteran tepatnya di Desa Talango yang sampai tulisan ini dibaca oleh pembaca tetap menjadi misteri dan banyak adalah kabupaten paling ujung timur di pulau garam. Uniknya, selain memiliki daratan, kabupaten ini juga memiliki banyak kepulauan. Ada sekitar 126 pulau yang tersebar di kabupaten Sumenep yang terletak diantara 11332'54" - 11616'48" bujur timur dan 455' - 724' lintang selatan. Pulau Poteran adalah salah satu pulau di kabupaten Sumenep tetapi pulau tersebut lebih masyhur dikenal dengan sebutan pulau Talango. Pulau ini memiliki delapan Desa yang penduduknya mayoritas muslim. Bahkan, bisa dikatakan semua masyarakat di pulau ini adalah seorang muslim karena saya sendiri tidak pernah menemukan tempat ibadah ataupun kegiatan keagamaan selain kegiatan keagamaan agama Islam. Bisa jadi hal tesebut adalah berkat Sayyid Yusuf, sosok tokoh Islamisasi di Pulau sangat masyhur. Terbukti, banyak sekali orang datang berbondong-bondong untuk ziarah ke Astanya. Dan tidak sedikit pula dari mereka adalah orang-orang dari luar pulau Madura. Hal tersebut adalah bukti bahwa beliau ini memang sosok manusia yang mulia di hadapan-Nya. Anehnya, kuburan beliau bukan hanya satu-satunya di pulau Poteran. Akan tetapi, ada sekitar lima kuburan yang tersebar di belahan dunia. Di antaranya adalah daerah Banten, Srilanka, dan Afrika Selatan. Namun dibalik terkenalnya beliau tidak ada sejarah khusus yang menjelaskan tenntang bagaimana sosok Sayyid Yusuf ini mengislamkan atau menyebar luaskan agama Islam kepada masyarakat yang bermukim di pulau tersebut. Sejarah beliau hanya di singgung sedikit di dalam buku. Salah satunya adalah buku Babad Soengenep. Yang mana buku tersebut merupakan peninggalan salah satu tokoh Keraton Sumenep yang memuat perjalanan Kabupaten di ujung timur Pulau Garam. Buku tersebut ditulis oleh salah seorang jenius yang bernama Raden Werdisastro. Jarak asta beliau dengam pelabuhan Talango kurang lebih 500 M, tepatnya terletak pada perbatasan Desa Padike dan Desa Talango. Kuburan beliau pertama kali ditemukan oleh Sri Sulatan Abdur Rahman Pakutaningrat I yang merupakan salah satu raja Sumenep dari tahun 1811 - 1854. Sri Sultan menemukan kuburan Sayyid Yusuf pada saat melakukan perjalanan menuju Bali untuk menyebar agama Islam. Setelah sampai di pelabuhan Kalianget hari sudah mulai petang dan Sri Sultan memilih untuk beristirahat disana. Pada malam harinya, Sri Sultan di kagetkan dengan sebuah cahaya yang terang terjatuh di pulau seberang yaitu pulau Poteran. Dikarenakan Sri Sultan merasa penasaran, setelah sholat subuh, beliau bersama rombongan langsung berangkat menyebrang ke pulau Poteran dengan jarak tempuh kurang lebih 10 menit dari pelabuhan beliau di pulau tersebut lalu Sri Sultan mengikuti cahaya itu untuk mencari tanda dimana jatuhnya cahaya tadi walaupun harus masuk ke tengah hutan. Sesampainya di tempat jatuhnya cahaya tersebut, Sri Sultan meyakini bahwa tempat tersebut adalah kuburan auliya'. Kemudian Sri Sultan mengucapkan salam, lalu tiba-tiba terdengar ada suara yang menjawab salam Sri Sultan tanpa menampakkan wujudnya. Untuk mengetahui darimana suara tersebut, lalu Sri Sultan bermunajat kepada Allah SWT sehingga tidak lama kemudian ada petunjuk dengan jatuhnya selembar daun sukun di pangkuan Sri Sultan. Setelah diperhatikan daun tersebut bertuliskan Arab "Hadza Maulana Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani". Perlu diketahui, bahwa di wilayah Asta Sayyid Yusuf, para peziarah tidak akan menemukan pohon sukun. Setelah itu, Sri Sultan memberikan batu nisan dan memberi tulisan sesuai dengan petunjuk yang di dapatkan dari selembar daun tersebut. Tidak hanya itu, Sri Sultan lalu membuatkan congkop. Akan tetapi, Sayyid Yusuf ini seolah-olah memberikan isyarat bahwa dirinya tidak berkenan jika kuburannya diberikan congkop. Oleh karena itu, kuburan tersebut keluar sendiri dari congkop yang sudah dibuatkan oleh Sri Sultan dan sampai sekarang Asta tersebut tidak Sri Sultan melanjutkan perjalanannya ke pulau Dewata, Sri Sultan menancapkan sebuah tongkat tepat di sebelah timur Asta Sayyid Yusuf. Hingga saat ini tongkat tesebut menjadi pohon yang sangat besar, lalu pohon tersebut biasa disebut pohon nanggher oleh masyarakat setempat. Usia dari pohon itu sendiri sampai sekarang yaitu sudah 3 abad lebih. Menurut keyakinan masyarakat setempat, pohon tersebut tidak bisa di tumbangkan. Walaupun pernah ada orang yang pernah mencoba untuk merobohkannya, akan tetapi usahanya berakhir sia-sia. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya 5xegJ3I.
  • ng065u5iqw.pages.dev/125
  • ng065u5iqw.pages.dev/209
  • ng065u5iqw.pages.dev/188
  • ng065u5iqw.pages.dev/47
  • ng065u5iqw.pages.dev/523
  • ng065u5iqw.pages.dev/27
  • ng065u5iqw.pages.dev/253
  • ng065u5iqw.pages.dev/294
  • sejarah sayyid yusuf talango sumenep